Rabu, 18 Februari 2015

TEKS DRAMA : TURIS BELGIA



Tema : Sosial
Turis Belgia

            Sepulang sekolah tepatnya pada hari Sabtu, 19 Juli 2014 cuacanya sangat panas. Sehingga mengharuskan aku untuk menggeser jendela angkutan umum jurusan Tumpang-Arjosari untuk dapat menghirup udara segar dari luar, ternyata yang kuhirup malah polusi kendaraan di jalanan yang ramai. Kebetulan saja orang yang duduk di sebelah kiriku adalah seorang turis dari Belgia yang bernama Rani WyDooghe, dia berkunjung ke Indonesia bersama kedua temannya, Jolien Phlips, dan Elien Nuyttens dan seorang pemandu wisata dari Indonesia.


Ariene (Saya)               : “Excuse me [Permisi] (menggeser jendela angkutan umum)”
Rani                             : “Oh, of course [Baiklah] (menggeser tempat duduknya)”

            Rasanya aku ingin bercakap-cakap dengan mereka semua setelah memperhatikan aksen bicara mereka. Aku mencoba mengobrol dengan pemandunya terlebih dahulu untuk meminta izin.

Ariene (saya)                : “Om, permisi, apa aku boleh mengobrol dengan mereka?”
Pemandu                      : “oh tidak apa-apa. Silahkan.”
Ariene (saya)                : “Kalau nanti ada kata-kata yang salah bagaimana?”
Pemandu                      : “Jangan takut salah dik, aku aja sering kok salah ngomong. Gak apa-apa
buat pengalaman baru. (Memberikan aba-aba kepada ketiga turis tersebut jika aku ingin mengobrol dengan mereka)”
Ariene (saya)                : “Umm, good morning all! [Selamat pagi semuanya!!]”
Rani, Jolien, Elien          : “Good morning too! [selamat pagi juga]”
Ariene (saya)                : “(Berjabat tangan dengan Rani, Jolien, Elien) My name’s Ariene [Namaku
                                       Ariene]”
Rani, Jolien, Elien          : “(Berjabat tangan dan memperkenalkan diri masing-masing)”
Ariene (saya)                : “How are you today? [bagaimana kabarmu hari ini] (sedikit gugup)”
Rani                             : “Thank you, I’m fine. [terima kasih, aku baik-baik saja]”
Ariene (saya)                : “Where you come from? [Kamu berasal dari negara mana?]”
Rani                             : “I’m from Belgium. You know it? Where? [Saya dari Belgia, kamu tahu
                                        Belgia dimana?]”
Ariene (saya)                : ”(Bingung dengan apa yang dikatakannya) mmm…”
Rani                             : “Europe! Hehe [Eropa!] (tertawa)”
Ariene (saya)                : “ah yea, Europe (bingung) btw, how old are you? [ngomong-ngomong,
                                      berapakah umurmu?]”
Rani                             : “I’m 21st years old and I’m a teacher. How about you? [umurku 21 tahun.
                                      Kalau kamu?]”
Ariene (saya)                : “I’m 14th years old. Wow! It’s an interesting job! [umurku 14 tahun. Wow
                                       itu pekerjaan yang sangat menarik ]”
Rani                             : “Haha thanks. Do you have a sister or brother? [oh, apakah kamu memiliki
                           saudara kandung laki-laki atau perempuan?]”
Ariene (saya)                : “of course, I have a younger sister. Her name is Ranie. [oh tentu, aku
                                       memiliki seorang adik perempuan, namanya Ranie]”
Rani                             : “Ranie? Haha same with me. Btw, if u have reach your success, what will
                                       you want to be? [Ranie? Haha sama denganku. Ngomong-ngomong, jika
   kamu sudah meraik kesuksesanmu, kamu  ingin menjadi apa?]”
Ariene (saya)                : “I wanna be an English teacher. [aku ingin menjadi seorang guru Bahasa
                                       Inggris]”
Rani                             : “oh”

            Ketika tempat pemberhentianku yang pertama sudah terlewat jauh, segera saja kusodorkan secarik kertas dan spidol hitam untuk meminta tanda-tangan dan alamat E-mail mereka. Tak lama, ssecarik kertas kosong tadi berubah menjadi secarik kertas yang penuh dengan tulisan. Tanpa menunggu aba-aba, spontan aku memberikan tanda kepada supir angkot tadi untuk memberhentikan angkotnya. Dengan terpaksa aku turun dari angkot, dan berjalan sejauh 1 Km menuju pemberhentian awalku. Sebenarnya aku masih ingin mengenal lebih dalam mengenai mereka, tapi karena waktu yang mendesakku untuk cukup mengenal mereka, terpaksa deh aku turun.

Ariene  (saya)               : “I’ve to go now. Thank you so much. [Aku harus turun sekarang. Terima
                                       kasih banyak]”
Jolien                            :”Nice to meet you [senang bertemu denganmu]”
Ariene (saya)                : ”Nice to meet you too [senang bertemu denganmu juga] (melambaikan
                                       tangan)”

            Sejak saat itu, aku memiliki prinsip “Jangan takut untuk memulai sesuatu, karena dari kesalahan kita belajar menjadi lebih baik”. Aku juga berharap, suatu saat nanti, aku bisa bertemu kembali dengan mereka atau dengan turis lain dan bercakap-cakap dengan mereka.

2 komentar:

Supositoria

A. Definisi Supositoria Menurut Farmakope Indonesia V: Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan ...